Minggu, 27 Oktober 2024

PERKEMBANGAN CIRENG ISI, JAJANAN UNIK YANG BERASAL DARI BANDUNG

 

Pada zamannya, Bandung merupakan kota melting pot sebagai pusat bertemu dan akulturasi budaya Cina, Belanda, bahkan hingga Jepang. Sewaktu masih di bawah penjajahan Belanda para rakyat Bandung sulitnya untuk mendapatkan bahan seperti beras, roti, dan gandum yang dibawa oleh Belanda. Oleh karena itu, mereka mulai memikirkan untuk menciptakan makanan-makanan ringan yang mudah diterima di masyarakat dan terjangkau semua orang, akhirnya mereka berinisatif dan berkreativitas dalam menciptakan makanan khas sendiri. Para penjual juga memikirkan bagaimana membuat variasi makanan yang bisa dimakan oleh masyarakat tidak mampu, dan semenjak itu mulai banyak tercipta makanan ringan berbahan baku aci ceperti cilok, cimol, cimin, dan tentunya cireng.

Jika mengulik sejarah, sebenarnya makanan ringan yang satu ini memiliki sejarah yang unik. Bagi masyarakat Bandung khususnya Sunda, cireng adalah makanan yang sudah populer sejak tahun 1970-an sebagai camilan murah meriah yang digemari oleh berbagai kalangan dan mudah dijumpai di pedagang kaki lima. Awalnya, orang Sunda mulai berkreasi menggunakan bahan aci atau tepung tapioka. Setelah itu mulai banyak yang suka dan menjadi cemilan sehari-hari.

Dari yang awalnya hanya aci digoreng diberi bumbu garam, merica dan bawang putih, semakin berkembang dengan tambahan bumbu kacang sebagai pelengkapnya. Bentuk cireng pun berbeda-beda, ada yang membuat dengan bentuk pipih, jajar genjang, bundar dan lain-lain. Selain itu, bumbu yang digunakan untuk menikmati cireng juga mulai beragam seperti cireng bumbu rujak, ssambel goang, saus tomat dan lain sebagainya sesuai selera. Cireng tradisional pada awalnya tidak menggunakan isian, tetapi dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pasar yang terus berubah, cireng mulai diberi beragam isian. Ide ini muncul dari kreativitas para pedagang kaki lima di Bandung yang ingin menarik lebih banyak pembeli dengan menawarkan varian rasa yang lebih beragam.

Kini, cireng isi tidak hanya dijual di pinggir jalan, tetapi juga di kafe dan restoran dengan kemasan yang lebih modern dan harga yang lebih tinggi. Selain itu, muncul juga cireng frozen, yaitu cireng isi yang dibekukan dan dijual dalam kemasan siap goreng. Produk ini sangat diminati di pasar online, terutama oleh mereka yang tinggal di luar daerah Jawa Barat dan ingin menikmati cireng kapan saja tanpa perlu datang ke Bandung.

Saat ini cireng isi juga telah menembus pasar internasional, Beberapa UMKM bahkan memproduksi cireng isi secara massal dan memasarkannya ke luar negeri. Berkat inovasi frozen food, cireng isi bisa dikirim dengan mudah ke berbagai negara. Potensi cireng isi sebagai produk unggulan kuliner Indonesia sangat besar, karena camilan ini unik dan masih jarang ditemukan di luar Indonesia. Akan tetapi , tantangan dalam mempertahankan kualitas dan daya tahan produk menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, para produsen perlu memperhatikan teknik pengemasan dan pemasaran agar cireng isi tetap segar dan layak konsumsi saat sampai ke tangan konsumen.

 

Kesimpulan

Cireng isi telah mengalami perkembangan pesat dari sekadar jajanan sederhana hingga menjadi bagian dari industri kuliner modern yang digemari banyak orang. Inovasi rasa, cara pengemasan, dan pemasaran digital menjadi kunci sukses dalam meningkatkan popularitas camilan khas ini. Sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia, cireng isi tidak hanya mencerminkan kekayaan rasa tetapi juga kreativitas dan ketekunan para pengusaha kuliner lokal.

 

Sumber: https://bolulembang.co.id/sejarah-cireng-jajanan-unik-khas-bandung/#:~:text=Sejarah%20Cireng%20Bandung%20yang%20Belum,dan%20lain%20sebagainya%20sesuai%20selera.

https://www.kompasiana.com/nataliatonadi4618/60ec334930e98b4efd6a9042/asal-mula-lahirnya-cireng?lgn_method=google

0 komentar:

Posting Komentar